Teknologi yang digunakan dalam pemanfaatan sumberdaya
tuna disesuaikan dengan sifat dan tingkah laku ikan sasaran. Tuna (Thunnus
spp.) merupakan ikan perenang cepat yang bergerombol. Oleh karena itu, alat
penangkap ikan yang digunakan haruslah yang sesuai dengan perilaku ikan
tersebut. Ada tujuh macam alat penangkap tuna, yaitu rawai tuna (long line),
tonda (troll line), pancing ulur (handline), pukat cincin (purse seine), huhate
(pole and line), jaring insang (gill net) dan payang (pelagic danish seine) (Farid
dkk, 1989).
1. Rawai Tuna (Tuna longline)Rawai tuna atau
tuna long line adalah alat penangkap tuna yang paling efektif. Rawai tuna
merupakan suatu sistem rangkaian sejumlah pancing yang dirakit untuk dapat
dioperasikan dengan baik menangkap jenis-jenis ikan tertentu. Satu tuna long
liner biasanya mengoperasikan 1000-2000 mata pancing untuk sekali turun. Namun,
mengingat berbagai faktor biologi ikan sasaran, teknis pemakaian dan
pengoperasian alat, komponen alat bantu, kapal yang tersedia, maka dilakukan
berbagai penyesuaian.
Rawai tuna umumnya dioperasikan di laut lepas
atau mencapai perairan samudera. Alat tangkap ini bersifat pasif, menanti umpan
dimakan oleh ikan sasaran. Setelah pancing diturunkan ke perairan, lalu mesin
kapal dimatikan, sehingga kapal dan alat tangkap akan hanyut mengikuti arah
arus atau sering disebut drifting. Drifting berlangsung selama kurang lebih
empat jam. Selanjutnya mata pancing diangkat kembali ke atas kapal.
2. Tonda (Troll line)
Tonda adalah pancing yang diberi tali panjang
dan ditarik oleh perahu atau kapal. Pancing diberi umpan ikan segar atau umpan
palsu yang karena pengaruh tarikan bergerak di dalam air sehingga merangsang
ikan buas menyambarnya. Alat ini sangat terkenal dikalangan nelayan Indonesia
karena harganya yang relatif murah dan pengoperasiannya sangat mudah untuk
menangkap tuna kecil didekat permukaan.
3. Pancing ulur (Hand line)
Alat ini adalah yang paling sederhana diantara
alat penangkap tuna. Biasanya hanya terdiri dari pancing, tali, gulungan dan
pemberat. Hand line atau pancing ulur dioperasikan pada siang hari. Konstruksi
pancing ulur sangat sederhana, pada satu tali pancing utama dirangkaikan 2-10
mata pancing secara vertikal dengan umpan ikan segar seperti ikan layang,
kembung, cumi-cumi dan lainnya. Pengoperasian alat ini dibantu menggunakan
rumpon sebagai alat pengumpul ikan.
4. Pukat cincin (Purse seine)
Pukat cincin atau purse seine adalah sejenis
jaring yang di bagian bawahnya dipasang sejumlah cincin atau gelang besi.
Dewasa ini tidak terlalu banyak dilakukan penangkapan tuna dan cakalang
menggunakan pukat cincin, kalau pun ada hanya berskala kecil.
Pukat cincin dioperasikan dengan cara
melingkarkan jaring terhadap gerombolan ikan. Pelingkaran dilakukan dengan
cepat, kemudian secepatnya menarik purse line diantara cincin-cincin yang ada,
sehingga jaring akan membentuk seperti mangkuk. Kecepatan tinggi diperlukan
dalam hal ini agar ikan tidak dapat meloloskan diri. Setelah ikan berada di
dalam mangkuk jaring, lalu dilakukan pengambilan hasil tangkapan menggunakan
serok atau penciduk.
5. Huhate (Pole and line)
Sebagai penangkap ikan alat ini sangat sederhana
desainnya, hanya terdiri dari joran, tali dan pancing. Tetapi sesungguhnya
cukup komplek karena dalam pengoperasiannya memerlukan umpan hidup untuk
merangsang kebiasaan menyambar pada ikan sebelum pemancingan dilakukan serta
semprotan air untuk mempengaruhi visilibility ikan terhadap kapal dan para
pemancing. Adanya faktor umpan hidup inilah yang membuat cara penangkapan ini
menjadi komplek. Hal ini disebabkan karena umpan hidup tersebut dalam ukuran
dan jenis tertentu harus ditangkap, disimpan, dipindahkan dan dibawa-bawa dalam
keadaan hidup. Ini berarti diperlukan sistem penangkapan umpan hidup,
penyimpanannya desain kapal yang sesuai untuk membawa umpan hidup dan cara
perawatannya.
6. Jaring insang (Gill net)
Jaring insang atau gill net adalah jaring yang
berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran mata yang sama di sepanjang
jaring. Dinamakan jaring insang karena berdasarkan cara tertangkapnya, ikan
terjerat di bagian insangnya pada mata jaring. Ukuran ikan yang tertangkap
relatif seragam.
Pengoperasian jaring insang dilakukan secara
pasif. Setelah diturunkan ke perairan, kapal dan alat dibiarkan drifting,
umumnya berlangsung selama 2-3 jam. Selanjutnya dilakukan pengangkat jaring
sambil melepaskan ikan hasil tangkapan ke palka.
7. Payang (Pelagic danish seine)
Payang dapat digolongkan pada pukat kantong
permukaan dan/ atau jaring lingkar tanpa tali kerut. Berdasarkan data statistik
PPN Prigi 2010 tercatat bahwa terdapat 6 alat penangkap ikan yang dapat menangkap
ikan tuna yaitu, jaring insang (gill net), pukat cincin (purse seine), pancing
tonda (troll lines), payang (pelagic Danish seine), pancing ulur (hand lines),
dan pukat pantai (beach seine).
Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/earth-sciences/2288279-teknologi-penangkapan-ikan/#ixzz271XeFCqJ